Efek Sebuah Cerita


Saya senang dengan cerita, menguraikan cerita lewat kata. Meskipun  dengan kemampuan yang tidak memukau, biasa saja. Bercerita lewat tulisan mungkin lebih baik dibanding bercerita dengan lisan. Sebuah cerita akan mengantarkan pada sebuah perasaan, bisa jadi senang, sedih atau diantara keduanya. Kita sedang tidak paham kondisi saat itu. Sebuah cerita akan membawamu ke dunia lain, dunia yang bahkan tidak pernah disadari bahwa dia ada. Bukan hanya sekadar cerita. Sebuah cerita membawa sebuah pesan yang akan tertanam pada jiwa-jiwa yang terlarut di dalamnya. Lewat sebuah cerita, seseorang bisa saja terhipnotis, melupakan segala kesulitannya, menghiraukan kekurangannya, lantas tumbuhlah cabang-cabang keberanian yang bisa melampaui keterbatasan.

Bercerita bukan hanya dunia anak. Tapi anak-anak menyukainya, mereka adalah jiwa-jiwa yang paling senang dikisahkan cerita. Jika nama mereka termaktub didalamnya, maka jiwanya akan masuk lantas mengikuti alur kisah itu.

Suatu ketika, saya bercerita pada seorang anak. Namanya Salman, kelas 3 SD. Saya ceritakan padanya. Salman, suatu ketika di zaman Rasulullah terjadi sebuah perang yang disebut perang Khandak. Khandak artinya parit. Perang Khandak adalah titik nadir kehidupan Rasullah. Perang ini adalah perang 300 pasukan Rasulullah melawan 1000 pasukan Kafir Qurais. Posisi Rasullulah berada di Madinah sedang sang musuh berada di Mekah. Lalu, ada seorang sahabat Rasullulah mengusulkan sebuah strategi kepada Rasulullah. Sahabat ini mengusulkan untuk membuat sebuah Parit agar kuda-kuda pasukan kafir qurais tidak mampu melintasi medan perang menuju tempat pasukan Rasulullah. Rasulullah setuju, lalu dibuatlah parit itu yang berkedalaman 5 meter dan panjangnya 8 meter. Ketika pasukan Kafir qurais akan menyerang, mereka kelabakan dan tak mampu menyebrang, ketika menyebrang pun pasukan Rasulullah sudah siap menyergap dan mengalahkan musuh dengan mudah. Tahukah kau salman siapa nama sahabat Nabi Muhammad yang mengusulkan untuk dibangunnya parit itu?. Ialah SALMAN AL FARISI. Seperti namamu salman! Wajah Salman mengembang seketika, kupastikan adrenalinnya memuncak, ia terperangkap dengan kisahnya sendiri.

Salman! Kulanjutkan kembali kisahnya. Salman, saat itu atas izin Allah perang Khandak berhasil dimenangkan. Salah satu aktor didalamnya adalah kamu, seperti namamu. Ialah orang yang cerdas dengan perhitungan matematis dan ilmu fisika yang diterapkannya. Maka, Salman jadilah cerdas, karena bukan dengan cerdas, kamu bisa melakukan banyak hal,lalu kau memamerkannya kehebatan, bukan karena kamu cerdas kamu menjadi angkuh, tapi dengan kecerdasnmu hidupmu akan lebih berarti, kecerdasanmu akan memperluas peranmu. Begitulah Salman.

image

Sebuah cerita mengalirkan sesuatu yang ajaib. Sebuah cerita menjadi seperti sengatan semangat. Dengan kisah yang disampaikan lewat lisan, kita bisa melihat raut wajah, ekspresi dari orang-orang yang mendengarkan. Kita lihat wajah yang bersemangat ataupun mereka yang sama sekali tidak tertarik. Agak berbeda dengan cerita yang kita tulis, kita tidak bisa melihat langsung reaksinya. Bagiku disinilah titik yang menarik, kita tidak pernah tahu ekspresi mereka (pembaca) setelah membaca tulisan kita. Tetapi, bisa jadi di salah satu sudut kamar di dunia ini ada yang merasa sedang ditemani oleh tulisan kita, ada yang sedang mengalami kondisi yang serupa dengan inti sari tulisan, lalu tumbuhlah semangat yang kian membuncah di dadanya, atau bisa jadi ada seseorang yang berencana bunuh diri, tetapi membatalkan niatnya karena tulisan kita. Siapa yang tahu? So kawan, jika kamu memiliki sesedikit apapun kemampuan bercerita, sampaikanlah! Tidak perlu menunggu sampai menjadi seorang pencerita handar, atau penulis terkenal. Mari berbagi cerita!

Leave a comment