GURU


Bismillah!

Siapakah orang yang paling berjasa di hidup kita, di bangsa dan negara kita? Entah mengapa, terkenang kembali wajah-wajah mereka di keningku. Dari sekian banyak, orang yang mengajarkanku tentang hidup dan seisinya, ada diantara mereka yang takkan terlupakan. Kasihnya sepanjang masa, begitu membekas di nurani.
Pa Masykur, Guru SD-ku yang pendiam. Ia punya siulan dan bau khas. Diam-diam kudengar siulan itu merdu dan baunya unik sekali, harum tapi bukan wangi parfum. Pa Masykur tipikal guru baik hati. Seingatku ia mengajar di kelas 6. Dan ketika itu tak pernah sekalipun ia marah kepada muridnya.

Bu Asmaya. Guruku saat SMP. Ia mengajar bahasa Indonesia. Ia yang mengenalkan padaku tentang sastra. Membawaku mengenali puisi, pantun berima silang, syair dan yang paling penting adalah ia banyak mengajarkanku bertutur kata yang baik. Disampingnya, saya sangat dilindungi. Suatu saat pernah dengan tanpa alasan yang jelas, seorang teman memukulku dari belakang. Rasanya sakit, tapi saya enggan melawan karena terjadi saat Ibu Asma sedang mengajar. Tapi Bu Asma lah yang segera menghinggapi tempat dudukku dan menahan temanku. Anehnya temanku itu yang menangis.
Pa Jabar. Ia guru ngajiku. Dari sekian banyak tempatku mengaji. Hanya dengannyalah aku bisa mengkhatamkan al-Qur’an. Bersamanya, akhirnya 30 Juz al-Qur’an bisa kuselesaikan. Padahal, saya telah mendapati beberapa guru ngaji sebelumnya. Tapi, melalui tangan dinginnya, Allah membuatku mengerti akan setiap

Bu Yusriani. Guru bahasa inggrisku di SMP. Ia biasa dipanggil Bu Yus. Suaranya merdu, langkahnya pelan, bicaranya lembut. Kalau Bu Yus mengajar, saya agak malu. Entah mengapa, pemandangan yang aneh hadir dari mata teman-temanku. Lebih anehnya lagi, Bu Yus sering mengirimkanku sms, bahkan sampai sekarang. Pesannya seperti ini “Belajar yang serius! Kuliah yang benar!” Ia Bu Guru yang tidak hanya mengajarkan tenses, conversation, how to increase vocabulary, how to speak english fluently. Ia Bu guru yang mengajarkanku tentang hidup, belajar mengenal manusia, belajar memahami, belajar berkasih sayang, belajar mencintai, belajar berjuang, belajar bekerja, belajar berjalan, berlari, hingga mengajarkanku mengenal huruf hijaiyah, mengenal alif lam mim dan seterusnya, dia yang mungkin pertama kali mendengarkanku mendengungkan al fatiha untuk pertama kalinya karena ia bukan hanya sekadar Guruku di sekolah ia adalah guruku sepanjang masa karena ia Ibuku tercinta.
Mereka adalah orang-orang sangat berjasa bagiku, bagi bangsa, bagi negara bahkan dunia. Mereka adalah orang yang berandil untuk menciptakan masyarakat cerdas dan madani. Seperti seorang guru yang harum namanya dalam buku legendaris laskar pelangi. Ibu Muslimah Hafsari Hamid. Seorang legenda hidup tanah Belitong. Teringat salah satu petuahnya “Rajinlah mengaji dan berkelanalah!”. Kurang lebih seperti itulah kalimatnya. Sebuah kalimat penuh energi, motivasi yang memadukan dunia dan akhirat. Kalimat itu yang membawa muridnya terbang menggapai mimpinya.

Seperti itulah guru yang terkenang. Indah nian semesta jika banyak guru di dunia ini seperti mereka. Saya pun tetap percaya, ada banyak pengajar-pengajar seperti mereka. Dari pelosok hingga perkotaan. Mereka tidak terkenal tapi bersinar. Cahayanya menyala-nyala karena cahaya itu nampak dari setiap siswa-siswinya.
Menuliskan ini, membuatku merindukan mereka.! Where are u?
Semoga mereka terus menjadi pahwalan dunia yang tanda jasanya dalam melanglang buana. Jasanya bisa berjalan, Karena jasa itu adalah kita yang akan meneruskannya kepada siapapun yang ingin mendapat apa yang diajarkan mereka.
Terimakasih Bapak dan Ibu guruku.